oleh Amira Saraswati
“Nginggg...................iiiing...............wing.................nyuingg.......................uing........wing..... Nyinnuuiiiinnggg.........” yah, begitulah. Setiap hari tepat pukul 4 subuh, bunyi sirine nan bising nyaring melengking, langsung memasuki, menyebar, merambah, melalui jendela-jendela, koridor. Lalu, menuju kamar dan berhenti tepat di setiap telinga-telinga yang ada.
“Nginggg...................iiiing...............wing.................nyuingg.......................uing........wing..... Nyinnuuiiiinnggg.........” yah, begitulah. Setiap hari tepat pukul 4 subuh, bunyi sirine nan bising nyaring melengking, langsung memasuki, menyebar, merambah, melalui jendela-jendela, koridor. Lalu, menuju kamar dan berhenti tepat di setiap telinga-telinga yang ada.
Mata-mata lengket nan merah segera terkatup-katup. Terbangunlah aku dari tidur malamku, dengan kondisi setengah sadar dan ngantuk. Kugerak-gerakkan tangan dan kakiku yang masih lemas dan kaku. Sekejap, aku bangkit dari tempat tidurku dan berdiri sambil melihat keadaan kamar. Selanjutnya, bergegaslah aku menuju balkon untuk mengambil gayung dan peralatan mandiku.
Dengan langkah cepat dan tergesa-gesa, aku melewati koridor dengan keadaan masih setengah ngantuk, namun langkah yang pasti, menuju pintu-pintu kamar mandi yang masih terbuka. Dengan cekatan, akupun langsung masuk ke kamar mandi sebelum didahului teman-temanku. Jika telat sedikit, maka tanggung resiko nanti, yaitu ngantri yang menghabiskan lumayan banyak waktu di depan pintu kamar mandi. Seperti kata pepatah, waktu itu bagaikan pedang. Jika kita lengah sedikit maka celakalah. Tetapi jika diasah sebaik mungkin, maka akan berguna.
Setelah selesai mandi, bersiaplah aku untuk berangkat ke mesjid guna melaksanakan ibadah solat subuh. Kupakailah mukena dari kamar dan berjalan menuju ke lapangan apel guna melaksanakan apel solat sebelum kami berangkat ke mesjid. Selanjutnya, kamipun berangkat bersama-sama ke mesjid, sambil menghirup segarnya udara pagi hari yang masih asri tak tercemari. Walaupun begitu, aku masih tetap setengah sadar dan ngantuk sambil berjalan.
Kegiatan rutin itupun mengingatkanku akan memori kenangan di mana aku tinggal di sebuah rumah sebelum tempat ini. Ketika itu, aku sangat sering melewatkan solat subuh. Padahal aku tau dan mendengar adzan dari mesjid yang tak terlalu jauh dari rumahku. Akupun sering diingatkan dan dibangunkan untuk solat oleh ibuku. Tapi, apa kata. Aku hanya menyepelekan semua hal itu dan melanjutkan tidurku. Bahkan aku sering bohong dan berkata bahwa sudah duluan solat.
Dari peristiwa itu, munculah kesadaran dalam diriku di masa kini. Sungguh menyesalnya karena tidak mendengar perkataan ibu. Sekarang aku tahu bahwa solat itu begitu penting dan demi kebaikan diriku sendiri. Aku ingin meminta maaf karena hal-hal biasa yang sering ibu ucapkan, ternyata terasa sangat istimewa sekarang. Aku hanya bisa mendoakan ibu dan ayahku dari tempat yang jauh disini. Di kampus melati yang indah dan asri ini. Sekaligus tempatku menuntut ilmu demi masa depan nanti.
Aku terus mengharap dan berdoa serta berusaha. Supaya di masa depan maupun masa sekarang, bisa membahagiakan serta membuat mereka bangga akan diriku ini. Walaupun sekarang aku sedang merasa sangat tertekan dalam penyesuaian diri disini, serta dalam hal belajar. Karena, aku terbiasa menggunakkan jasa bimbingan belajar dulu. Sedangkan disini aku harus bisa belajar mandiri dan berdasarkan kurikulum baru, kurukulum 2013.
Sekarang dan satu setengah bulan ke depan, aku akan terus mendoakan orang tuaku. Mereka sedang melaksanakan rukun islam yang kelima, yaitu pergi dan naik haji ke tanah suci Mekkah. Aku akan sabar menunggu dan berharap agar keduanya selamat di manapun mereka berada. Akan ku pendam dan simpan semua kerinduan ini, sampai mereka kembali ke tanah air ini. Ingin sekali kucurahkan semua perasaanku pada mereka, serta memohon maaf atas ke khilafanku selama ini.
Tuhan, hanya 3 pintaku pada-Mu. Lindungilah kedua orang tuaku sebagaimana kau melindungi nabi Muhammad SAW dari orang-orang kafir itu. Lalu, panjangkanlah umur mereka sampai pada waktu aku telah membahagiakan keduanya. Yang terakhir, perkenankanlah mereka untuk berada di sisi-Mu saat malaikat maut menjemput, serta berikanlah surga terindah-Mu untuk mereka. Karena aku begitu mencintai mereka berdua sebagaimana pohon mencintai air dan cahaya membuatnya lebih indah dan tumbuh subur.
0 komentar:
Posting Komentar